Batman Begins - Help Select

Senin, 30 Desember 2013

Makalah Pengantar Pendidikan



BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.

Masyarakat dunia modern sangat menyadari pentingnya pendidikan. Setiap Negara mempunyai konsep pendidikan yang berbeda-beda sesuai alasan dan dasar pemikiran mereka terhadap sistem pendidikan mereka masing-masing. Seperti halnya Indonesia, tentu  saja memiliki konsep pendidikan tersendiri sebagaimana yaitu tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Karena pentingnya pendidikan, banyak orang bekerja keras untuk mendapat pendidikan secara efesien karena pendidikan diibaratkan sebagai sebuah emas yang diinginkan semua orang, sehingga orang harus banyak menghadapi berbagai kendala tertentu untuk memperolehnya. Pendidikan juga masih terisolasi dengan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan itu sendiri. Baik itu yang bersifat membangun maupun bersifat sebaliknya sehinggah sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan.

Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Di dalam hakekat pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong penulis untuk mempelajari lebih dalam mengenai hakikat pendidikan.

B.       Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah:

§  Apa Itu Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan?

§  Apa Inti atau Hakikat  Pendidikan itu?

§  Bagaimana Fungsi dan Peranan Pendidikan Dalam Kehidupan Manusia?

C.    Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

§  Menjelasakan pengertian pendidikan.

§  Menjelaskan inti atau hakikat dari pendidikan.

§  Memaparkan fungsi dan peranan pendidikan dalam kehidupan manusia.

 BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan

Apakah yang dimaksud dengan pendidikan itu?

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan, lebih dahulu kita memahami arti pendidikan secara etimologi di samping definisi yang diberikan oleh para ahli pendidikan.

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogi” yang akar katanya dari “pais” yang berarti anak dan “again”  yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogi” berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “Education”, yang berasal dari bahasa Yunani “educare” yang artinya membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang artinya setara dengan “educare.” Berikut ini definisi pendidikan menurut beberapa ahli:

1.    Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bahasa Belanda, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

“Pendidikan adalah bimbingan dan pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.”

2.    John Dewey adalah seorang ahli filsafat pendidikan di Amerika. “Pendidikan diartikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosioanal ke arah alam dan sesama manusia.”

3.    Driyakarya tokoh pendidikan Indonesia, beliau mendefinisikan pendidikan dalam 3 rumusan yang masing-masing rumusan itu berdasarkan kepada aspek-aspek yang melatarbelakangi pemikirannya.

Rumusan pertama: pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan “tri tunggal” ayah, ibu, dan anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana ia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.

Rumusan kedua: pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan “tri tunggal” ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana anak berproses akhirnya membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.

Rumusan ketiga: pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan “tri tunggal” ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.

Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa “pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan “tri tunggal” ayah-ibu-anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, pembudayaan anak, dan pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses, untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan, atau dengan kata lain memanusiakan anak atau manusia muda menjadi manusis purnawan.”

4.    Ki Hajar Dewantar, Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia peletak dasar yang kuat pendidikan nasional.  Mendefinisikan pendidikan adalah daya-upaya untuk bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak), dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya.

5.      Menurut Carter Education Pendidikan berarti:

*      Proses perkembangan pribadi

*       Proses sosial

*       Profesional cources

*       Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.

6.    Kosasih Djahiri (1980:3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).

7.    Menurut H. Horne pendidikan  adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

8.    Menurut Prof. H. Mahmud Yunus,  pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Pengertian pendidikan lainnya:

Menurut buku “Higher Education for American Democracy”. Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of the social order in wich it functions (11 : 5).

Pendidikan ialah satu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).

Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Dari definisi yang telah dijelaskan diantaranya dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu mengandung beberapa ciri/unsur umum seperti berikut ini:

1.    Bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari si pendidik yang mempunyai tanggung jawab kepada masa depan anak atau peserta didik.

2.    Usaha itu mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu pengembangan diri individu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sehingga bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang pribadi dan sebagai seorang anggota masyarakat, serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah.

3.    Dalam pencapaian tujuan pendidikan anak didik perlu diikutsertakan untuk terlibat secara aktif sepenuhnya.

4.    Pencapaian tujuan tersebut terlaksana dalam suatu proses dimana diperlukan bimbingan yang terencana, teratur, dan sistematis.

5.    Kegiatan tersebut terselenggaradalam jalur pendidikan di sekolah dan pendidikan di luar sekolah.

Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :

1.    Asas Kemerdekaan

Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.

2.    Asas Kodrat Alam

Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.

3.    Asas Kebudayaan

Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).

4.    Asas Kebangsaan

Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.

5.    Asas Kemanusiaan

Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

B.     Pengertian Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan empiris karena objeknya adalah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman manusia. Ilmu pendidikan juga merupakan ilmu  pengetahuan rohani, karena situasi pendidikan berdasarkan atas tujuan hidup manusia, tidak membiarkan anak kepada keadaan alam saja, melainkan memandangnya sebagai makhluk susila dan membawanya kearah manusia susila yang berbudaya.

Ilmu pendidikan adalah ilmu yangg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan meliputi proses, cara, pembuatan mendidik.

Definisi yang terpenting:

*     Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi

*     Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu-termasuk pendidikannya

*     Meningkatkan kedewasaan individu

*     Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan individual thinking supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dari negara lain.

Beberapa pengertian ilmu pendidikan menurut para ahli:

1.    Prof. M. J. Langeveld, paedogogic atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.

2.    Prof. Brodjonegoro, ilmu pendidikan merupakan teori pendidikan, perenungan, tentang pendidikan.

3.    Dr. Sutari Imam Barnadib, ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan. Menurutnya, perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan:

a.      Adanya tujuan yang hendak di capai

b.      Adanya subjek manusia

c.       Yang hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu

d.      Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.

4.    Prof. Dr. N. Driyarkara, ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan dididik).

Ilmu pendidikan harus dipelajari dan dimiliki oleh seorang setiap pendidik atau calon pendidik agar tidak terjerumus kepada kegiatan pendidikan yang tidak terarah dan terencana dan membawa kita kepada kemungkinan berbuat salah. Ilmu pendidikan harus dipelajari oleh calon pendidik, karena yang dihadapi adalah manusia, yang menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia akan menyangkut harkat dan martabat manusia, serta hak asasi manusia. Perbuatan mendidik adalah perbuatan yang harus betul-betul disadari, dalam rangka mendidik anak kearah yang dituju.

Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari oleh pendidik, karena akan memberi manfaat sebagai berikut:

1.    Dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui arah tujuan mana yang akan dicapai.

2.    Untuk menghindari dan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh, dan mana yang tidak boleh dilakukan.

3.    Dapat dijadikan tolak ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil melaksanakan  tugas dalam pendidikan.

Dalam ilmu pendidikan, dikenal unsur-unsur pendidikan, antara lain:

1.    Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;

2.    Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;

3.    Ada yang didik

4.    Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;

5.    Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Berikut faktor-faktor pendidikan yang dikenal dalam ilmu pendidikan, yaitu :

1.    Faktor Tujuan

Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2.    Faktor Pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik, meliputi:  orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin agama.

3.    Faktor Anak Didik

Karakteristiknya adalah belum memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu.

4.    Faktor Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan tertentu.

5.      Faktor Lingkungan

Menurut Sartain (ahli Psikologi Amerika), lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Pada dasarnya mencakup tempat, kebudayaan dan kelompok hidup bersama.

Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan

Setiap ilmu mempunyai sifatnya masing–masing begitu juga dengan ilmu pendidikan. Sifat ilmu pendidikan diantaranya :

a.      Teoritis

b.      Praktis                     

c.       Normatif

Ilmu-Ilmu Bantu Ilmu Pendidikan

              Ilmu bantu yang diperlukan dalam ilmu pendidikan antara lain:

1.    Ilmu-Ilmu Biologi, misal; Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan lain sebagainya.

2.    Ilmu jiwa, misal; Ilmu Jiwa Umum, Ilmu Jiwa Perkembangan, Ilmu Jiwa Social.

3.    Ilmu-Ilmu Social, misal; Social, Ekonomi, Hukum, dan lain sebagainya.

Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab pendidikan telah ada sebelum ilmu pengetahuan. Pendidikan dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.

Macam-Macam Ilmu Pendidikan

a.     Normatif, memiliki ciri-ciri dasar/aturan yang mendukung aturan-aturan dasar yang sudah baku. Contoh melestarikan budaya bangsa melalui pembinaan budaya-budaya daerah yang bersifat positif.

b.     Deskriptif, menggambarkan seluruh peristiwa belajar dengan tepat/tidak dimanipulasi dari mulai siapa siswa, apa yang telah diajarkan sampai nilai yang diberikan harus betul-betul menggambarkan perolehan hasil belajar anak.

c.      Teoritis, mengkaji bidang keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya (atomistik).

d.     Praktis/terapan, teori-teori yang dikaji digunakan untuk melancarkan proses pendidikan.

Obyek Ilmu Pendidikan

a.         Anak Didik

b.        Pendidik

c.         Materi Pendidikan

d.        Metodelogi Pendidikan

e.         Evaluasi Pengajaran

f.          Alat-alat Pendidikan

g.         Lingkungan Sekitar

h.        Tujuan Pendidikan

C.    Hakikat Pendidikan

Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu. Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.

Pendidikan mendidik manusia menjadi manusia sehingga hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan yang dianut.

Raka Joni (1985) menyatakan beberapa asumsi dasar yang berhubungan dengan hakekat pendidikan itu sebagai berikut :

1.    Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan  subjek didik dengan kwibawaan pendidik.

2.    Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.

3.    Pendidikan meningkatkan kualitas ketiidupan pribadi dan masyarakat.

4.    Pendidikan berlangsung seumur hidup.

5.    Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai memanusiakan manusia.

Bertolak dari asumsi dasar seperti terkemuka, maka peranan kunci dari pendidik adalah generator, dalam arti proses pemandirian subjek didik. Jadi pendidikan sebagai proses menjadikan subjek didik untuk menjadi dirinya sendiri, yang berlangsung sepanjang hayat (untuk terwujudnya kemandirian tersebut, tahap demi tahap seorang pendidik harus mengangsurkan prakarsa atau tanggung jawab belajar kepada peserta didik. Karena itu, pendidik menyadari sepenuhnya bahwa otoritas profesional yang diberikan kepadanya hanya untuk rnemandirikan subjek didik, bukan untuk menjinakkannya). Dengan kata lain, Ia (pendidik) harus sewaktu-waktu siap menarik diri, ketika ada petunjuk kemandirian subjek didik mulai bertumbuh (Raka Joni, 1989).

Demikian hal ini ditegaskan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional merumuskan pengelolaan situasi pendidikan,

 dengan, asas pengendalian kependidikan yang terkenal dengan ajarannya:

a.      Tutwuri handayani (jika di belakang, memberi dorongan)

b.      Ing madyo mangun karso (jika di tengah-tengah membangkitkan semangat)

c.       Ing ngarso sung tulodo (jika di depan menjadi teladan)

Dalam keadaan pendidikan seperti tergambar dan dibarengi dengan kedinamisan peranan pendidik, maka akan memungkinkan keterlibatan mental subjek didik yang maksimal untuk mengaktualisasikan pengalaman belajarnya, Konsep inilah yang dinamakan Cara Belajar siswa Aktif, yang pada hakekatnya bertujuan untuk peningkatan martabat kemanusiaan yang didasarkan pada asas pancasila untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi:

a.      pemersatu bangsa,

b.      penyamaan kesempatan, dan

c.       pengembangan potensi diri.

Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

D.      Fungsi Dan Peranan Pendidikan Dalam Kehidupan Manusia

A.       Fungsi Pendidikan

1.    Fungsi Pendidikan Dari Kacamata Barat

Melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kejayaan material dan profesion sosial yang memberi kesejahteraan kepada diri, industri dan Negara.

2.    Fungsi Pendidikan Menurut Pandangan Islam

Melahirkan individu-individu yg mencari keredhaan Allah SWT yakni baik, bermoral, berkualitas dan bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya dan umat manusia di samping mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat

a.      Menurut al Syaibani fungsi pendidikan sebagai berikut:

§ Fungsi berkaitan dengan individu, mencakupi perubahan pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat.

§ Fungsi yangg berkaitan dengan masyarakat, mencakupi tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat dan memperkaya pengalaman masyarakat.

§ Fungsi profesional yangg berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesion, seta sebagai kegiatan masyarakat.

b.      Menurut al Abrasyi fungsi pendidikan sebagai berikut;

§  Pembinaan akhlak.

§  Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.

§  Penguasaan ilmu.

§  Keterampilan bekerja dalam masyarakat

c.       Menurut Asma Hasan Fahmi fungsi pendidikan sebagai berikut;

§  Tujuan keagamaan.

§  Tujuan pengembangan akal dan akhlak

§  Tujuan pengajaran kebudayaan

§  Tujuan pembicaraan kepribadian

d.      Menurut Munir Mursi fungsi pendidikan adalah;

§  Bahagia dunia dan akhirat.

§  Menghambakan diri kepada Allah SWT

§  Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam.

§  Akhlak mulia.

B.       Peranan Pendidikan

1.    Pendidikan Untuk Mencapai Kemanusian Yang Ideal

   Manusia dalam hidupnya selalu terkait dengan masa lalunya dan sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan dirinya.Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Jadi manusia adalah makhluk yang perlu didik dan mendidik dirinya sendiri.

2.    Pendidikan Untuk Pengembangan Dimensi Kemanusian

   Pendidikan di samping untuk mencapai manusia yang ideal, atau yang dicita-citakan, pendidikan juga diarahkan untuk pengembangan dimensi kemanusiaan, sehingga manusia bisa berkembang secara optimal. Pengembangan semua dimensi manusia yang optimal dan seimbang tentu akan mencapai harkat dan martabat manusia yang tinggi. Manusia yang seperti ini akan berteman dan bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan dalam pekerjaan apa saja, serta akan mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat. Karena pendidikan tidak hanya untuk kebutuhan hidup yang baik di dunia saja, tetapi pendidikan yang meningkatkan derjat keimanan, ketakwaan, dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

3.    Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan  Secara Sistemik

Pendekatan sistemik terhadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan di mana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan.

Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.

Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Pelaksanaan ketiga bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain.

Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi.Dengan adanya bermacam-macam jenis  politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.

Pendidikan nasional suatu bangsa, merupakan suatu sistem sosial, sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan sistem terbuka. Ciri-ciri sistem terbuka dijelaskan sebagai berikut:

1.      Mengambil energi atau masukan dari lingkungan.

2.      Mentransformasikan energi yang tersedia.

3.      Memberikan hasil kepada lingkungan.

4.      Sistem merupakan serangkaian peristiwa dan kejadian yang terus berlangsung.

5.      Untuk dapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan kehancuran.

6.      Masukan sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat material tapi juga berupa informasi yang pengambilannya bersifat selektif dan balikannya berupa balikan negatif.

7.      Dalam sistem terdapat keadaan statis dan keseimbangan intern yang dinamis.

8.      Sistem bergerak menuju kepada melakukan peranan-peranan yang makin berdeferensiasi.

9.      Sistem dapat mencapai keadaan akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dengan cara-cara pencapaian yang tidak sama.

 Semua aspek dari kehidupan bangsa, merupakan lingkungan kehidupan dan supra sistem dari sistem pendidikan yang bekerja sama dengan sistem

 lainnya seperti: ekonomi, politik, hukum, agama, dan sebagainya dalam rangka mencapai tujuan nasional. Pendidikan sebagai sistem dapat digambarkan dalam model dasar inpu-input sebagai berikut:

  

Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber pendidikan.

P.H. Koombs dan W.J.Platt mengemukakan 3 macam sumber masukan pendidikan yang terdiri atas:

1.    Pengetahuan, nilai-nilai, dan cita-cita yang terdapat dalam masyarakat.

2.    Sumber daya manusia yang memenuhi persyaratan.

3.    Hasil produksi dan penghasilan.

Semua masukan pendidikan kemudian disusun menurut pola tertentu, menjadi bagian-bagian atau elemen-elemen yang satu sama lain mempunyai hubungan fungsional di dalam mencapai suatu tujuan. Penyusunan semua masukan menurut pola tertentu tersebut menghasilkan sistem pendidikan. Bagian-bagian yang mempunyai fungsi tertentu dan mancapai tujuan sistem pendidikan disebut komponen atau faktor-faktor pendidikan.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

          Pengertian pendidikan itu bervariasi, tergantung pada siapa pakar yang merumuskannya. Bila kita cermati maka antara masing-masing rumusan itu ada persamaan dan perbedaannya. Persamaannya antara lain adalah bahwa pendidikan, adalah suatu usaha, kegiatan atau aktivitas dari seseorang, tetapi usaha tersebut berbeda satu sama lain. Ada yang merumuskan usaha tersebut, sebagai pemberian bimbingan bantuan usaha (M.Y. Langelveld), Dewey menyebutkan usaha tersebut sebagai pembentukan kecakapan, dan lain-lain.

          Hakikat pendidikan didasarkan kepada asumsi dasar pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang manusiawi untuk mempersiapkan subjek didik menghadapi lingkungan yang senantiasa menghadapi perubahan demi kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat, yang berlangsung seumur hidup, sehingga memperoleh kiat menerapkan prinsip-prinsip IPTEK.

        Akhirnya, pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

B.       Saran

                 Supaya pendidikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada maka sebagai calon pendidik kita hendaknya memahami apa hakekat atau inti dari pendidikan itu sendiri.

                 Jika pendidikan itu mendidik manusia menjadi manusiawi, hendaknya seorang yang berpendidikan bertanggung jawab atas pernyataan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Syafril, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Suka Bina Press.

Thonthowi, Ahmad. (1993). Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa Bandung.

Meilani, Sri Martini. (2011). Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri       Jakarta: Jakarta.

Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Tirtahardja, Umar dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Dikti.

______. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

0 komentar:

Posting Komentar

animasi

Komentar Terakhir